Mari kita urai beberapa yang mungkin akan menjadi faktor menguntungkan atau mendukung keberhasilan budidaya jahe:
- Permintaan terhadap Jahe masih cukup tinggi, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri. Apalagi jenis jahe gajah yang setiap tahunnya bisa mengekspor lebih dari 5000ton, belum lagi permintaan pasar lokal.
- Tanaman Jahe bisa tumbuh pada ketinggian 0 – 2.000 m.dpl. sehingga cakupan tempat budidaya relatif luas.
- Teknis budidaya relatif mudah, dengan menggunakan media tanam di dalam polybag ataupun karung bisa dilakukan. Dengan demikian lahan yang dibutuhkan tidak perlu luas, kita bisa memanfaatkan lahan di pekarangan atau halaman rumah yang tidak produktif. Cara atau teknik budidaya pun sudah banyak tersedia dan banyak dipraktekkan. Anda pun dapat melakukan budidaya jahe merah sistem organik dengan mudah.
- Harga jual jahe merah menurut perkembangan pasar saat ini memang tidak setinggi seperti tahun-tahun sebelumnya, namun saya lihat masih memiliki nilai ekonomis. Apalagi bila dilakukan pengolahan jahe menjadi produk turunan, misalnya serbuk jahe dan gula, harganya tentu akan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dibanding harga jahe mentah .
- Belum begitu banyak yang melakukan budidaya jahe, meskipun di beberapa daerah sudah menjadi komoditi andalan, tengok misalnya di beberapa daerah di Sukabumi, Tasikmalaya atau di daerah Brebes, tanaman ini menjadi salah satu komoditi andalan daerah.
- Biaya yang harus dikeluarkan relatif rendah. Kita hanya perlu menyediakan polybag atau karung, tanah, pupuk, dan bibit serta biaya pemeliharaan yang tidak begitu besar, apalagi bila dilakukan oleh kita sendiri.

Beberapa faktor pembatas yang dijumpai pada tanaman jahe adalah:
1 Hama
1. Kepik, menyerang daun tanaman hingga berlubang-lubang.
2. Ulat penggesek akar, menyerang akar tanaman jahe hingga menyebabkan tanaman jahe menjadi kering dan mati.
3. Kumbang.
4. Belalang.
5. Gulma.
Penyakit tanaman jahe adalah organisme pengganggu yang dapat merugikan atau bahkan menggagalkan kegiatan budidaya jahe. Penyakit tanaman jahe bisa disebabkan karena infeksi bakteri maupun fungi (cendawan). Berikut ini beberapa jenis penyakit yang biasa menyerang tanaman jahe.
2 Penyakit busuk rimpang pada tanaman jahe
Penyakit busuk rimpang pada tanaman jahe disebabkan oleh serangan cendawan atau fungi dan bakteri. Cendawan yang biasa menyerang tanaman jahe dan mengakibatkan busuk timpang adalah Fusarium oxysporium dan Rhizoctonia solani. Sementara itu, bakteri yang menyebabkan penyakit busuk rimpang pada tanaman jahe adalah Pseudomonas sp.
Penyakit busuk rimpang pada tanaman yang diakibatkan infeksi cendawan Fusarium oxysporium dan Rhizoctonia solani. Cendawan ini akan menyerang dengan ganas pada kondisi suhu udara 20-25°C. Patogen ini akan berembang dengan baik dan menyerang parah jika jarak penanam jahe terlalu rapat. Penularan dari satu tanaman yang terinfeksi ke tanaman lain sangat cepat. Penularan penyakit ini bisa melalui tanah atau bibit dari rimpang jahe yang sebelumnya telah terserang.
Gejala serangan penyakit Fusarium oxysporium dan Rhizoctonia solani pada tanaman jahe:
Gejala serangan ditandai adanya daun tanaman jahe yang menguning pada bagian tepinya, kemudian layu dan tanaman jahe akan mati. Bagian batang tanaman yang mati masih cukup kuat menempel pada rimpang jahe, sedangkan tunas akan mudah dicabut. Bagian dalam batang semu berwarna kecokelatan membentu cincin. Rimpang jahe yang terserang akan mengerut dengan bagian dalam yang berwarna gelam kecokelatan atau kehitaman. Penyakit ini mampu menggagalkan areal pertanaman hingga 50%. Cendawan Fusarium oxysporium tidak hanya menyerang di areal pertanaman, tetapi juga menyerang selama dalam penyimpanan dan mengakibatkan busuk kering pada rimpang jahe.
Pengendalian penyakit Fusarium oxysporium dan Rhizoctonia solani pada tanaman jahe:
Penyakit ini sangat sulit dikendalikan, dan menjadi patogen yang sangat ditakuti oleh petani. Selain menyerang tanaman jahe, Fusarium oxysporium dan Rhizoctonia solani juga menyerang beberapa tanaman lain, seperti tomat, cabai, kentang, dan tembakau. Aplikasi pestisida kimia hampir tidak bisa mengendalikan serangan penyakit ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi serangan Fusarium oxysporium dan Rhizoctonia solani adalah dengan pengendalian secara organik, yaitu dengan aplikasi agensia hayati dari golongan fungi, Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. yang dicampurkan dalam pupuk organik. Perendaman bibit dengan kedua agensia hayati tersebut sebelum ditanam di lahan. Jika terjadi serangan di lahan, dapat diaplikasikan pestisida organik dengan cara pengocoran. Pestisida organik yang bisa digunakan adalah wonderfat. Dapat juga dilakukan pengocoran menggunakan kedua agensi hayati tersebut dengan interval 14 hari sekali.
3 Penyakit busuk rimpang pada tanaman yang diakibatkan infeksi bakteri Pseudomonas sp. pada tanaman jahe
Bakteri Pseudomonas sp. merupakan patogen dengan tingkat keganasan serangan menyerupai penyakit Fusarium oxysporium. Penyakit ini juga sangat sulit dikendalikan. Penularan penyakit bakteri Pseudomonas sp. bisa melalui tanah atau bibit dari rimpang yang sebelumnya terserang. Bakteri Pseudomonas sp. memiliki banyak tanaman inang, sama seperti Fusarium oxysporium. Penyakit ini juga mampu menggagalkan areal pertanaman hingga 50%. Jadi, jika serangan bakteri ini diberengi dengan serangan Fusarium oxysporium, sudah bisa dibayangkan bagaimana kerugian yang akan dialami oleh petani atau pembudidaya jahe.
Genjala bakteri Pseudomonas sp. pada tanaman jahe:
Tanaman jahe yang terserang bakteri Pseudomonas sp. ditunjukkan dengan gejala berupa daun tanaman yang melipat atau menggulung. Warna daun akan menguning, kemudian berubah menjadi kecokelatan dan akhirnya mengering. Gejala tersebut biasanya didahului dari daun-daun yang sudah tua. Tunas dan batang semu akan membusuk kemudian tanaman mati. Rimpang jahe akan berwarna gelap dan membusuk dan terdapat cairan atau lendir yang berwarna putih atau cokelat susu. Bakteri Pseudomonas sp. tidak hanya menyerang di areal pertanaman, tetapi juga menyerang selama dalam penyimpanan dan mengakibatkan busuk basah pada rimpang jahe.
Pengendalian penyakit bakteri Pseudomonas sp. pada tanaman jahe:
Bakteri Pseudomonas sp. merupakan salah satu penyakit yang sangat sulit dikendalikan. Penyakit ini akan menyerang parah jika kelembaban di areal peranaman sangat tinggi, terutama jika terjadi genangan air di sekitar penanaman. Upaya pengendalian penyakit ini sama seperti pengendalian penyakit yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporium.
4 Penyakit bercak daun pada tanaman jahe
Penyakit bercak daun pada tanaman jahe disebabkan oleh infeksi cendawan Phyllostica zingiberi. Penularan penyakit ini dapat diakibatkan oleh tiupan angin, yaitu dengan menyebarkan spora cendawan.
Gejala serangan penyakit bercak daun Phyllostica zingiberi pada tanaman jahe:
Tanaman jahe yang terserang penyakit bercak daun Phyllostica zingiberi ditunjukkan dengan gejala adanya bercak-bercak kuning pada permukaan daun yang berdiameter antara 3-5 mm yang lama-kelamaan bercak tersebut akan berubah menjadi cokelat dan mengering. Pada serangan parah dan tidak terkendali, warna bercak akan berubah menjadi abu-abu dengan titik-titik hitam pada bagin tengahnya yang merupakan koloni dari miselium cendawan. Daun akan berubah mengecil, dan daun muda tampak klorosis. Pada serangan yang berat, tanaman akan mati.
Pengendalian serangan penyakit bercak daun Phyllostica zingiberi pada tanaman jahe:
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan merendam benih dengan agensia hayati Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. seperti penanganan pada penyakit busuk rimpang. Penanganan terhadap tanaman yang terserang di lahan menggunakan pestisida kimia. Sejauh ini belum ada pestisida organik yang cukup efektif mengendalikan penyakit ini. Penyemprotan menggunakan pestisida fungisida berbahan aktif benomil, metil tiofanat, klorotalonil, dan mankozeb, secara berseling dengan interval 14 hari sekali. Dosis atau konsentrasi larutan sesuai dengan petunjuk yang tertera pada kemasan.
5 Pengendalian hama/penyakit secara organik
Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
1. Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman.
2. Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami.
3. Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
4. Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
5. Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.
6. Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.
Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:
1. Tembakau (Nicotiana tabacum) yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.
2. Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.
3. Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.
4. Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng dan serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro.
5. Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida.
6. Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.







Keuntungan penanaman dengan polybag:
1. Penyakit menular dapat dikendalikan.
2. Hasil panen tidak patah, sehingga bias masuk pasar ekspor.
3. Pemanfaatan lahan yang tidak terpakai.
4. Panen dapat dimaksimalkan.
Kerugian:
1. Perawatan yang lebih teratur.
2. Modal awal yang lumayan besar.
3. Banyak petani yang takut mencoba.
4. Persiapan media yang lumayan rumit.
4.3 Budidaya Jahe Dalam Polybag
4.2.1 Media Tanam
Media tanam yang digunakan untuk dasar/awal berbeda dengan media pembumbunan. Media tanam untuk awal saya memakai tanah + pupuk bokashi + sekam, atau bias juga tanah + pupuk kandang + sekam bakar dengan perbandingan 2:1:1. Media tanam diaduk jadi satu kemudain diisikan pada polybag ukuran 60x60 setinggi 20-25cm
Media untuk pembumbunan sebaiknya yang lebih subur, tanah + kompos + sekam, dan siram dengan SUPERNASA + POC NASA + HARMONIK untuk kesuburan media tanam. Karena jahe lebih bagus jika media tanamnya gembur dan subur.. Media dicampur kemudian digunakan untuk pembumbunan, pembumbunan dilakukan jika ada bonggol rimpang keluar permukaan tanah.
4.2.2 Perawatan dan Pemupukan
Tahap berikutnya adalah perawatan dan pemeliharaan tanaman per 200 polybag. Kegiatan ini meliputi penyiraman tanaman, pemberian pupuk dan penanggulangan penyakit
a. Pada tahap awal, lakukan penyiraman air secara teratur dan rutin pagi dan sore selama kurang lebih seminggu, bertujuan agar tunas tidak kering dan layu
b. Selanjutnya, penyiraman dilakukan sehari sekali kecuali pada kondisi kemarau sebaiknya penyiraman dilakukan dua kali
c. Penyemprotan atau penyiraman dengan POC NASA + HARMONIK. dilakukan minimal 1 bln sekali.
d. Lakukan dengan rutin setiap bulan.
e. Kira-kira umur 2 bulan ketinggian batang mencapai 30-40cm dan muncul anakan baru
f. Pada usia 2-3 bulan atau jika terlihat keluar rimpang jahe ke permukaan, lakukan penimbunan dengan campuran tanah dan bokashi (perbandingan tanah : bokashi : kompos : sekam dengan perbandingan 2 : 1 : 1 : 1). kurang lebih setinggi 5-10 cm dan kocor dengan SUPERNASA + POC NASA
g. Selalu lakukan penyiangan media tanam dari hama berupa gulma/rumput agar tidak mengganggu pertumbuhan rimpang
h. Penimbunan dilakukan terus secara berulang sampai tanaman jahe berusia sekitar 8 bulan atau sampai karung terisi penuh dengan tanah
i. Rata-rata usia optimal penanaman jahe berkisar antara 8 – 10 bulan, ditandai dengan mulai mengeringnya daun
. Dengan pola tanam seperti ini, diharapkan hasil panen jahe per karung mencapai minimal 1,5kg
#CATATAN : Penyemprotan dilakukan pagi hari atau sore hari
*Pengendalian Hama Penyakit
- Pengendalian hama penyakit dilakukan sesuai dengan keperluan.
- Penyakit utama pada jahe adalah busuk rimpang yang disebabkan oleh serangan bakteri layu (Ralstonia solanacearum).
- Penggunaan Produk Nasa yang berupa Natural Glio + pupuk kandang yang mana telah terbukti mampu mengurahi serangan hama layu pada tanaman jahe.
- Hama yang cukup signifikan adalah lalat rimpang Mimergralla coeruleifrons (Diptera, Micropezidae) dan Eumerus figurans (Diptera, Syrpidae), kutu perisai (Aspidiella hartii) yang menyerang rimpang mulai dari pertanaman dan menyebabkan penampilan rimpang kurang baik serta bercak daun yang disebabkanoleh cendawan (Phyllosticta sp.).
- Serangan penyakit ini apabila terjadi pada tanaman muda (sebelum 6 bulan) akan menyebabkan penurunan produksi yang cukup signifikan. Tindakan mencegah perluasan penyakit ini dengan menyemprotkan fungisida segera setelah terlihat ada serangan (diulang setiap minggu sekali), sanitasi tanaman sakit, inspeksi secara rutin.
- Serangan hama dapat di tekan dengan olah tanah yang baik yaitu dengan penggunaan pupuk makro + mikro yang berimbang. Dengan pemakaianpupuk organik nasa yang berupa Poc Nasa + super Nasa + Hormonik dengan di campurkan 5o% pupuk kimia yang biasa petani pakai.
- Serta Penggunaan pestisida organik Nasa yang berupa Pestona, Natural Glio,BVR dll,yang telah terbukti bagi npara petani jahe mampu menekan angka serangan hama pada tanaman jahe mereka.
Tanaman jahe memiliki fase-fase pertumbuhan dari mulai pembibitan hingga panen. Fase-fase ini berdasarkan literatur dari China yang memiliki fase panen yang lebih pendek daripada fase pertumbuhan jahe di Indonesia. Fase-fase pertumbuhan itu adalah:
S: seedling stage atau fase pembibitan, fase ini dimulai dari 1 sampai dengan 90 hari setelah taman
T: three branches stage atau fase percabangan tiga, fase ini dimulai dari 90 sampai 110hst
V: vigorous growth stage atau fase pertumbuhan cepat, fase ini dimulai dari 110 sampai 130 HST,
E: rhizome expansion stage atau fase perkembangan rimpang, fase ini dimulai dari 130 sampai 160 hari, dan
H: harvest stage fase panen, yaitu 160 HST.
Setiap fase pertumbuhan jahe membutuhkan hara atau nutrisi atau pupuk yang berbeda-beda
Analisa Hasil Jahe Gajah:
1. Perkiraan biaya sampai panen yang saya keluarkan meliputi :
- Polibek 60 x 60 : 200 buah (16kg) x Rp. 25.000,- = Rp. 400.000,-
- Pupuk dan Pemupukan = Rp. 500.000,-
- Bibit Jahe : @Rp. 1.500 x 400 = Rp. 600.000,-
- Tanah : 1 truk = Rp. 150.000,-
- Ongkos kerja : Gratis, kerjain aja dulu sendiri. Kalaupun minta bantuan, mungkin cukup keluar uang Rp.100.000 untuk pengerjaan membuat campuran tanah dan memasukkan ke dalam karung
- TOTAL Biaya yang akan saya keluarkan samapai panen untuk 200 polibek Rp. 1.650.000,-
2. Hasil Penjualan JaheGajah
Berdasarkan pengalaman di tempat lain dan informasi dari petani jahe merah yang sudah berjalan. Rata-rata hasil panen jahe merah per karung atau polybag dengan cara di atas dapat mencapai 5 kg/polibek. Di sini, saya berandai-andai panen per karung anggap saja hanya mencapai 4kg/polibek. Jadi perkiraan total hasil panen 200 polibek x 2,5 kg = 500kg
Harga per kg Jahe Gajah memang fluktuatif dikisaran Rp.5.000 – Rp.12.000,- tergantung pembeli dan kualitas tentunya. Saya berandai lagi di sini, harga jual yang akan saya peroleh anggap saja rendah yaitu Rp. 6.000,-/kg (berdasar informasi pengepul minimal Rp.5.000,-/kg).
- Hasil penjualan : 500 kg x Rp. 5.000= Rp. 2.500.000,-
Keuntungan atau laba : Rp. 2.500.000,- – Rp. 1.650.000,- = Rp. 850.000,-
#Hasil tersebut merupakan analisa minimal, hasil panen dapat melebihi 2,5kg dan harga juga bisa lebih dari Rp. 5.000,-.
Dan dapat juga ditanam langsung dilahan tanah tanpa menggunakan polibag untuk mengurangi biaya produksi, sehingga keuntungan bisa lebih besar.
Analisa Hasil Jahe Merah:
Analisa ini saya lakukan secara praktis berdasarkan rencana penanaman pada 200 karung media tanam. Yang diperhitungkan adalah total biaya yang dikeluarkan meliputi modal awal dan biaya pemeliharaan dibandingkan dengan target pemasukan uang berdasarkan hasil penjualan tanaman jahe.
1. Perkiraan biaya sampai panen yang saya keluarkan meliputi :
- Karung : 200 polibek (16kg x 25.000) = Rp. 400.000,-
- Bibit Jahe : @Rp. 1.500 x 400 = Rp. 600.000,-
- Pupuk dan Pemupukan = Rp. 500.000
- Tanah : 1 truk = Rp. 150.000,-
- Ongkos kerja : Gratis, kerjain aja dulu sendiri. Kalaupun minta bantuan, mungkin cukup keluar uang Rp.100.000 untuk pengerjaan membuat campuran tanah dan memasukkan ke dalam karung
- TOTAL Biaya yang akan saya keluarkan sampai panen untuk 200 karung Rp. 1.650.000,-
2. Hasil Penjualan Jahe Merah
Berdasarkan pengalaman di tempat lain dan informasi dari petani jahe merah yang sudah berjalan. Rata-rata hasil panen jahe merah per karung atau polybag dengan cara di atas dapat mencapai 1-3 kg/karung. Di sini, saya berandai-andai panen per karung anggap saja hanya mencapai 1 kg/karung. Jadi perkiraan total hasil panen 200 karung x 1,5 kg = 300kg
Harga per kg Jahe Merah memang fluktuatif dikisaran Rp.7.000 – Rp. 12.000,- tergantung pembeli dan kualitas tentunya. Saya berandai lagi di sini, harga jual yang akan saya peroleh anggap saja rendahnya yaitu Rp. 10.000,-/kg
- Hasil penjualan : 300 kg x Rp. 7.000= Rp. 2.100.000,-
Keuntungan atau laba : Rp. 2.100.000,- – Rp. 1.650.000,- = Rp. 450.000,-
#Hasil tersebut merupakan analisa minimal, harga juga bisa lebih dari Rp. 7.000,-.
Dan dapat juga ditanam langsung dilahan tanah tanpa menggunakan polibag untuk mengurangi biaya produksi, sehingga keuntungan bisa lebih besar.
*Metode tanam dan perawatan sama.
Ini merupakan gambaran kasar perolehan bersih terendahnya, semua tergantung perawatan, hasil panen dan harga
Jika Anda menanam tiap bulan setelah 8bulan anda akan mendapatkan gaji bulanan layaknya seorang pegawai.
Kami disini menjual bibit jahe gajah dan merah, baik dalam bentuk rimpang ataupun siap tanam. Harga nego tergantung kebutuhan.
Menerima juga pesanan skala partai.
Kami siap membantu pasca panen petani.
#KAMI JUGA MERUPAKAN AGEN RESMI PT. NASA (N-42133)
Terutama produk Agrokompleks PT. Nasa yang sudah terbukti kualitasnya.
Info lebih lanjut Hub. Huda 085856155926 / 081334082066 (WhatsApp)
E-mail: hudacoole28@gmail.com
Alamat: Dusun Kebon Desa Sumberjo Kulon Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung