Kamis, 24 Maret 2016

PANDUAN BERTANI JAHE GAJAH ALA NASA

Jahe (Zingiber officinale) berasal dari Asia Pasifik,tanaman jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae) dan sefamili dengan tanaman kunyit, kencur, temu lawak, dan lengkuas. Apalagi dengan penggunaan Pupuk Organik Nasa dari awal olah tanah sampai panen jahe. Pupuk Organik Nasa juga telah terbukti sama petani jahe bahwa mampu membantu dalam penggemburan tanah. Saat ini jahe telah menjadi salah satu komoditas ekspor dengan harga dan permintaan yang cukup tinggi.

Jenis-jenis Tanaman Jahe
Berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya, jahe terbagi menjadi 3 varietas, yaitu:
  • Jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum).
  1. Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil, dengan diameter 42 s/d 43 mm, tinggi 52 s/d 104 mm, dan panjang 123 s/d 126 mm.
  2. Sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri 2,58 s/d 3,9%, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan.
  • Jahe putih/kuning besar (Zingiber officinale var. officinarum) atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak.
  1. Rimpangnya lebih besar dan gemuk dengan diameter 48 s/d 85 mm, tinggi 62 s/d 113 mm, dan panjang 158 s/d 327 mm.
  2. Ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya.
  3. Jenis jahe ini biasa dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan. Minyak astiri di dalam rimpang 0,82 – 2,8%.
  • Jahe putih/kuning kecil (Zingiber officinale var. amarum) atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit.
  1. Ruasnya kecil, diameter 32,7 s/d 40 mm, tinggi 63,8 s/d 111 mm, panjang 61 s/d 317 mm, agak rata sampai agak sedikit menggembung.
  2. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua.
  3. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah (1,50 s/d 3,5 %), sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi.
  4. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.
 Syarat Tumbuh Tanaman Jahe
  • Iklim
  1. Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun.
  2. Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain penanaman jahe dilakukan di tempat yang terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari dengan intensitas cahaya matahari 70 – 100% atau agak ternaungi sampai terbuka.
  3. Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman jahe antara 20-35 oC.
  • Ketinggian Tempat
  1. Jahe tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 0-2.000 m dpl.
  2. Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian 200 – 900 m dpl.
  • Media Tanam
  1. Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung humus.
  2. Tekstur tanah yang baik adalah lempung berpasir, liat berpasir dan tanah laterik.
  3. Pada lahan dengan kemiringan > 3% dianjurkan untuk dilakukan pembuatan teras, teras bangku sangat dianjurkan bila kemiringan lereng cukup curam. Hal ini untuk menghindari terjadinya pencucian lahan yang mengakibatkan tanah menjadi tidak subur, dan benih jahe hanyut terbawa arus.
  4. Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk jahe gajah adalah 6,8-7,0.
Budidaya Tanaman Jahe
A. Pembibitan
  • Persyaratan Bibit Jahe
  1. Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yang tinggi), dan mutu fisik. Yang dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang bebas hama dan penyakit.
  2. Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).
  3. Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10 bulan).
  4. Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka atau lecet.
  • Teknik Penyemaian Bibit Jahe
  1. Untuk pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam.
  2. Bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan.
  3. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan bedengan atau dengan.
Adapun teknik penyemaian sbb :
  1. Penyemaian pada peti kayu
  • Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan.
  • Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari.
  • Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan.
  • Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu.
  • Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut : pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai.
       2.   Penyemaian pada bedengan
  • Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha).
  • Di dalam rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm.
  • Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, dan di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami.
  • Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas.
  • Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah.
  • Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan beratnya 40-60 gram.
B. Pengolahan Tanah
  • Pembukaan Lahan
  1. Tanah diolah sedemikian rupa agar gembur dan dibersihkan dari gulma. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara menggarpu dan mencangkul tanah sedalam 30 cm, dibersihkan dari ranting-ranting dan sisa-sisa tanaman yang sukar lapuk.
  2. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama akan mati terkena sinar matahari.
  3. Apabila pada pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis 1.500-2.500 kg.
  • Pembentukan Bedengan
Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus untuk encegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan dengan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
  • Pengapuran
  1. Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya, Terutama fosfor (p) dan calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap.
  2. Kondisi tanah yang masam ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp dan pythium sp.
  3. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan merangsang pembentukan biji.
  4. Tanah yang memiliki derajat keasaman < 4 (paling asam) dibutuhkan dolomit minimal sebanyak 10 ton/ha. Sedangkan tanah yang memiliki derajat keasaman 5 (asam) dibutuhkan dolomit 5.5 ton/ha; serta yang memiliki derajat keasaman 6 (agak asam) dibutuhkan dolomit 0.8 ton/ha.
C. Penanaman Jahe
  • Pada bedengan dibuat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 5 – 7 cm. Bibit jahe ditanam pada lubang-lubang tersebut dengan tunas menghadap ke atas, jangan terbalik, karena dapat menghambat pertumbuhan. Jarak tanam yang digunakan untuk penanaman jahe putih besar yang dipanen tua adalah 80 cm x 40 cm atau 60 cm x 40 cm, jahe putih kecil dan jahe merah 60 cm x 40 cm. Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan.
D. Pemeliharaan Tanaman
  1. Penyiangan gulma
  • Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar.
      2.  Penyulaman
  • Menyulam tanaman yang tidak tumbuh dilakukan pada umur 1 – 1,5 bulan setelah tanam dengan memakai benih cadangan yang sudah diseleksi dan disemaikan.
      3.   Pembumbunan
  • Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan.
  • Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah.
  • Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm.
  • Pada bulan berikutnya dapat diperdalam dan diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air.
  • Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan.

      4.   Pengendalian organisme pengganggu tanaman
  • Pengendalian hama penyakit dilakukan sesuai dengan keperluan.
  • Penyakit utama pada jahe adalah busuk rimpang yang disebabkan oleh serangan bakteri layu (Ralstonia solanacearum).
  • Penggunaan Produk Nasa yang berupa Natural Glio + pupuk kandang yang mana telah terbukti mampu mengurahi serangan hama layu pada tanaman jahe.
  • Hama yang cukup signifikan adalah lalat rimpang Mimergralla coeruleifrons (Diptera, Micropezidae) dan Eumerus figurans (Diptera, Syrpidae), kutu perisai (Aspidiella hartii) yang menyerang rimpang mulai dari pertanaman dan menyebabkan penampilan rimpang kurang baik serta bercak daun yang disebabkanoleh cendawan (Phyllosticta sp.).
  • Serangan penyakit ini apabila terjadi pada tanaman muda (sebelum 6 bulan) akan menyebabkan penurunan produksi yang cukup signifikan. Tindakan mencegah perluasan penyakit ini dengan menyemprotkan fungisida segera setelah terlihat ada serangan (diulang setiap minggu sekali), sanitasi tanaman sakit, inspeksi secara rutin.
  • Serangan hama dapat di tekan dengan olah tanah yang baik yaitu dengan penggunaan pupuk makro + mikro yang berimbang. Dengan pemakaian pupuk organik nasa yang berupa Poc Nasa + super Nasa + Hormonik dengan di campurkan 5o% pupuk kimia yang biasa petani pakai.
  • Serta Penggunaan pestisida organik nasa yang berupa pestona, Natural Glio,BVR dll,yang telah terbukti bagi npara petani jahe mampu menekan angka serangan hama pada tanaman jahe mereka.
       5.    Pemupukan
  • Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan).
  • Pupuk  yang digunakan adalah pupuk organik nasa yang berupa Poc Nasa + super Nasa + Hormonik dengan di campurkan 50% pupuk kimia yang biasa petani pakai.


E. Panen
  • Pemanenan dilakukan tergantung dari penggunaan jahe itu sendiri.
  • Bila kebutuhan untuk bumbu penyedap masakan, maka tanaman jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan dengan cara mematahkan sebagian rimpang dan sisanya dibiarkan sampai tua.
  • Apabila jahe untuk dipasarkan maka jahe dipanen setelah cukup tua. Umur tanaman jahe yang sudah bisa dipanen antara 8-10 bulan, dengan ciri-ciri warna daun berubah dari hijau menjadi kuning dan batang semua mengering. Misal tanaman jahe gajah akan mengering pada umur 8 bulan dan akan berlangsung selama 20 hari atau lebih dan kemudian akan mati dengan sendirinya. Salah satu tanda jahe sudah cukup tua dan siap untuk di panen.
  • Pemanenan jahe dilakukan dengan cara tanah dibongkar dengan hati-hati menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan jangan sampai rimpang jahe terluka. Selanjutnya tanah dan kotoran lainnya yang menempel pada rimpang dibersihkan dan bila perlu dicuci. Sesudah itu jahe dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu. Tempat penyimpanan harus terbuka, tidak lembab dan penumpukannya jangan terlalu tinggi melainkan agak disebar.
  • Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya.
 Tanda Jahe siap panen




Kami disini menjual bibit jahe gajah dan merah, baik dalam bentuk rimpang ataupun siap tanam. Menerima juga pesanan skala partai.
Selain itu juga merupakan agen produk Nasa yang sudah teruji kualitasnya.
Kami siap membantu pasca panen petani.
Info lebih lanjut Hub. Huda 085856155926 / 081334082066(WhatsApp)
E-mail: hudacoole28@gmail.com
Alamat: Dusun Kebon Desa Sumberjo Kulon Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung

Minggu, 03 Januari 2016

LADANG BIBIT JERUK

Kami disini menyedian aneka bibit jeruk dengan skala partai maupun eceran. Harga yang kami tawarkan variatif, tergantung jenis bibit jeruk yang anda pilih. Bibit jeruk yang kita hasilkan berasal dari proses okulasi, dengan ketinggian 40cm up.


Untuk info lebih lanjut silahkan Call/sms/w.a di 081334082066

THX....




Kamis, 10 September 2015

MARI BERTANAM HIDROPONIK

Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah. Hidroponik menggunakan air yang lebih efisien, jadi cocok diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang terbatas.
Dalam kajian bahasa, hidroponik berasal dari kata hydro yang berarti air dan ponos yang berarti kerja. Jadi, hidroponik memiliki pengertian secara bebas teknik bercocok tanam dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman, atau dalam pengertian sehari-hari bercocok tanam tanpa tanah.
Dari pengertian ini terlihat bahwa munculnya teknik bertanam secara hidroponik diawali oleh semakin tingginya perhatian manusia akan pentingnya kebutuhan pupuk bagi tanaman.Di mana pun tumbuhnya sebuah tanaman akan tetap dapat tumbuh dengan baik apabila nutrisi (unsur hara) yang dibutuhkan selalu tercukupi. Dalam konteks ini fungsi daritanah adalah untuk penyangga tanaman dan air yang ada merupakan pelarut nutrisi, untuk kemudian bisa diserap tanaman. Pola pikir inilah yang akhirnya melahirkan teknik bertanam dengan hidroponik, di mana yang ditekankan adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Hidroponik termasuk dalam kategori pertanian modern, dengan penggunaan tekhnologi sehingga bercocok tanam relatif lebih mudah dan efisien. Hasil dari hidroponik bisa dikategorikan organik karena proses yang ramah lingkungan dan bebas pestisida, sehingga aman dikonsumsi. Penanggulangan hama ditekankan dengan menggunakan pestisida nabati yang bahannya berasal dari alam.
Hidroponik juga bisa bermanfaat untuk keindahan halaman rumah Anda. Menjaga konsumsi makanan sehat dan bebas pestisida merupakan salah cara menjaga generasi muda yang hebat. Juga bisa membantu program pemerintah tentang ketahanan pangan.
Beberapa kelebihan hidroponik selain sayurnya yang lebih sehat, bersih dan segar adalah secara tekhnis berkebun jadi lebih mudah, efisien, dan efektif. Hemat biaya olah tanah, biaya matun, biaya pemupukan tambahan, penanggulangan hama tanah (uret, nematoda, dll)

Pertanian di luar negri sudah sangat maju dan Indonesia tertinggal jauh tentang tekhnologi pertaniannya. Disini kami sebagai team Nature Farm Tulungagung mencoba mengenalkan Hidroponik kepada masyarakat Tulungagung secara khususnya. Kami juga melayani konsultasi dan bimbingan ataupun pemesanan peralatan Hidroponik.
Salam. Yoh Nandur.
Tulungagung Ijo Royo Royo Mulyo Lan Tinoto.












Kami disini juga menyediakan alat2 Hidroponik, juga melayani pesanan instalasi.

Info lebih lanjut Hub. Huda 081217204400 / 081334082066 (WhatsApp)
Alamat: Dusun Kebon Desa Sumberjo Kulon Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung

Rabu, 20 Mei 2015

BUDIDAYA JAHE GAJAH DAN JAHE MERAH

Mari kita urai beberapa yang mungkin akan menjadi faktor menguntungkan atau mendukung keberhasilan budidaya jahe:
  1. Permintaan terhadap Jahe masih cukup tinggi, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri. Apalagi jenis jahe gajah yang setiap tahunnya bisa mengekspor lebih dari 5000ton, belum lagi permintaan pasar lokal.
  2. Tanaman Jahe bisa tumbuh pada ketinggian 0 – 2.000 m.dpl. sehingga cakupan tempat budidaya relatif luas.
  3. Teknis budidaya relatif mudah, dengan menggunakan media tanam di dalam polybag ataupun karung bisa dilakukan. Dengan demikian lahan yang dibutuhkan tidak perlu luas, kita bisa memanfaatkan lahan di pekarangan atau halaman rumah yang tidak produktif. Cara atau teknik budidaya pun sudah banyak tersedia dan banyak dipraktekkan. Anda pun dapat melakukan budidaya jahe merah sistem organik dengan mudah.
  4. Harga jual jahe merah menurut perkembangan pasar saat ini memang tidak setinggi seperti tahun-tahun sebelumnya, namun saya lihat masih memiliki nilai ekonomis. Apalagi bila dilakukan pengolahan jahe menjadi produk turunan, misalnya serbuk jahe dan gula, harganya tentu akan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dibanding harga jahe mentah .
  5. Belum begitu banyak yang melakukan budidaya jahe, meskipun di beberapa daerah sudah menjadi komoditi andalan, tengok misalnya di beberapa daerah di Sukabumi, Tasikmalaya atau di daerah Brebes, tanaman ini menjadi salah satu komoditi andalan daerah.
  6. Biaya yang harus dikeluarkan relatif rendah. Kita hanya perlu menyediakan polybag atau karung, tanah, pupuk, dan bibit serta biaya pemeliharaan yang tidak begitu besar, apalagi bila dilakukan oleh kita sendiri.






















Beberapa faktor pembatas yang dijumpai pada tanaman jahe adalah:
1       Hama
1.         Kepik, menyerang daun tanaman hingga berlubang-lubang.
2.         Ulat penggesek akar, menyerang akar tanaman jahe hingga menyebabkan tanaman jahe menjadi kering dan mati.
3.         Kumbang.
4.         Belalang.
5.         Gulma.
Penyakit tanaman jahe adalah organisme pengganggu yang dapat merugikan atau bahkan menggagalkan kegiatan budidaya jahe. Penyakit tanaman jahe bisa disebabkan karena infeksi bakteri maupun fungi (cendawan). Berikut ini beberapa jenis penyakit yang biasa menyerang tanaman jahe.

2       Penyakit busuk rimpang pada tanaman jahe
Penyakit busuk rimpang pada tanaman jahe disebabkan oleh serangan cendawan atau fungi dan bakteri. Cendawan yang biasa menyerang tanaman jahe dan mengakibatkan busuk timpang adalah Fusarium oxysporium dan Rhizoctonia solani. Sementara itu, bakteri yang menyebabkan penyakit busuk rimpang pada tanaman jahe adalah Pseudomonas sp.
Penyakit busuk rimpang pada tanaman yang diakibatkan infeksi cendawan Fusarium oxysporium dan Rhizoctonia solani. Cendawan ini akan menyerang dengan ganas pada kondisi suhu udara 20-25°C. Patogen ini akan berembang dengan baik dan menyerang parah jika jarak penanam jahe terlalu rapat. Penularan dari satu tanaman yang terinfeksi ke tanaman lain sangat cepat. Penularan penyakit ini bisa melalui tanah atau bibit dari rimpang jahe yang sebelumnya telah terserang.
Gejala serangan penyakit Fusarium oxysporium dan Rhizoctonia solani pada tanaman jahe:
Gejala serangan ditandai adanya daun tanaman jahe yang menguning pada bagian tepinya, kemudian layu dan tanaman jahe akan mati. Bagian batang tanaman yang mati masih cukup kuat menempel pada rimpang jahe, sedangkan tunas akan mudah dicabut. Bagian dalam batang semu berwarna kecokelatan membentu cincin. Rimpang jahe yang terserang akan mengerut dengan bagian dalam yang berwarna gelam kecokelatan atau kehitaman. Penyakit ini mampu menggagalkan areal pertanaman hingga 50%. Cendawan Fusarium oxysporium tidak hanya menyerang di areal pertanaman, tetapi juga menyerang selama dalam penyimpanan dan mengakibatkan busuk kering pada rimpang jahe.
Pengendalian penyakit Fusarium oxysporium dan Rhizoctonia solani pada tanaman jahe:
Penyakit ini sangat sulit dikendalikan, dan menjadi patogen yang sangat ditakuti oleh petani. Selain menyerang tanaman jahe, Fusarium oxysporium dan Rhizoctonia solani juga menyerang beberapa tanaman lain, seperti tomat, cabai, kentang, dan tembakau. Aplikasi pestisida kimia hampir tidak bisa mengendalikan serangan penyakit ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi serangan Fusarium oxysporium dan Rhizoctonia solani adalah dengan pengendalian secara organik, yaitu dengan aplikasi agensia hayati dari golongan fungi, Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. yang dicampurkan dalam pupuk organik. Perendaman bibit dengan kedua agensia hayati tersebut sebelum ditanam di lahan. Jika terjadi serangan di lahan, dapat diaplikasikan pestisida organik dengan cara pengocoran. Pestisida organik yang bisa digunakan adalah wonderfat. Dapat juga dilakukan pengocoran menggunakan kedua agensi hayati tersebut dengan interval 14 hari sekali.

3       Penyakit busuk rimpang pada tanaman yang diakibatkan infeksi bakteri Pseudomonas sp. pada tanaman jahe
Bakteri Pseudomonas sp. merupakan patogen dengan tingkat keganasan serangan menyerupai penyakit Fusarium oxysporium. Penyakit ini juga sangat sulit dikendalikan. Penularan penyakit bakteri Pseudomonas sp. bisa melalui tanah atau bibit dari rimpang yang sebelumnya terserang. Bakteri Pseudomonas sp. memiliki banyak tanaman inang, sama seperti Fusarium oxysporium. Penyakit ini juga mampu menggagalkan areal pertanaman hingga 50%. Jadi, jika serangan bakteri ini diberengi dengan serangan Fusarium oxysporium, sudah bisa dibayangkan bagaimana kerugian yang akan dialami oleh petani atau pembudidaya jahe.
Genjala bakteri Pseudomonas sp. pada tanaman jahe:
Tanaman jahe yang terserang bakteri Pseudomonas sp. ditunjukkan dengan gejala berupa daun tanaman yang melipat atau menggulung. Warna daun akan menguning, kemudian berubah menjadi kecokelatan dan akhirnya mengering. Gejala tersebut biasanya didahului dari daun-daun yang sudah tua. Tunas dan batang semu akan membusuk kemudian tanaman mati. Rimpang jahe akan berwarna gelap dan membusuk dan terdapat cairan atau lendir yang berwarna putih atau cokelat susu. Bakteri Pseudomonas sp. tidak hanya menyerang di areal pertanaman, tetapi juga menyerang selama dalam penyimpanan dan mengakibatkan busuk basah pada rimpang jahe.
Pengendalian penyakit bakteri Pseudomonas sp. pada tanaman jahe:
Bakteri Pseudomonas sp. merupakan salah satu penyakit yang sangat sulit dikendalikan. Penyakit ini akan menyerang parah jika kelembaban di areal peranaman sangat tinggi, terutama jika terjadi genangan air di sekitar penanaman. Upaya pengendalian penyakit ini sama seperti pengendalian penyakit yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporium.

4       Penyakit bercak daun pada tanaman jahe
Penyakit bercak daun pada tanaman jahe disebabkan oleh infeksi cendawan Phyllostica zingiberi. Penularan penyakit ini dapat diakibatkan oleh tiupan angin, yaitu dengan menyebarkan spora cendawan.
Gejala serangan penyakit bercak daun Phyllostica zingiberi pada tanaman jahe:
Tanaman jahe yang terserang penyakit bercak daun Phyllostica zingiberi ditunjukkan dengan gejala adanya bercak-bercak kuning pada permukaan daun yang berdiameter antara 3-5 mm yang lama-kelamaan bercak tersebut akan berubah menjadi cokelat dan mengering. Pada serangan parah dan tidak terkendali, warna bercak akan berubah menjadi abu-abu dengan titik-titik hitam pada bagin tengahnya yang merupakan koloni dari miselium cendawan. Daun akan berubah mengecil, dan daun muda tampak klorosis. Pada serangan yang berat, tanaman akan mati.
Pengendalian serangan penyakit bercak daun Phyllostica zingiberi pada tanaman jahe:
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan merendam benih dengan agensia hayati Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. seperti penanganan pada penyakit busuk rimpang. Penanganan terhadap tanaman yang terserang di lahan menggunakan pestisida kimia. Sejauh ini belum ada pestisida organik yang cukup efektif mengendalikan penyakit ini. Penyemprotan menggunakan pestisida fungisida berbahan aktif benomil, metil tiofanat, klorotalonil, dan mankozeb, secara berseling dengan interval 14 hari sekali. Dosis atau konsentrasi larutan sesuai dengan petunjuk yang tertera pada kemasan.

5       Pengendalian hama/penyakit secara organik
Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
1.      Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman.
2.      Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami.
3.      Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
4.      Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
5.      Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.
6.      Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.
Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:
1.      Tembakau (Nicotiana tabacum) yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.
2.      Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.
3.      Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.
4.      Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng dan serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro.
5.      Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida.
6.      Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.

























                       Keuntungan penanaman dengan polybag:
1.      Penyakit menular dapat dikendalikan.
2.      Hasil panen tidak patah, sehingga bias masuk pasar ekspor.
3.      Pemanfaatan lahan yang tidak terpakai.
4.      Panen dapat dimaksimalkan.

Kerugian:

1.      Perawatan yang lebih teratur.
2.      Modal awal yang lumayan besar.
3.      Banyak petani yang takut mencoba.
4.      Persiapan media yang lumayan rumit.
 
4.3       Budidaya Jahe Dalam Polybag
4.2.1    Media Tanam
Media tanam yang digunakan untuk dasar/awal berbeda dengan media pembumbunan. Media tanam untuk awal saya memakai tanah + pupuk bokashi + sekam, atau bias juga tanah + pupuk kandang + sekam bakar dengan perbandingan 2:1:1. Media tanam diaduk jadi satu kemudain diisikan pada polybag ukuran 60x60 setinggi 20-25cm
Media untuk pembumbunan sebaiknya yang lebih subur, tanah + kompos + sekam, dan siram dengan SUPERNASA + POC NASA + HARMONIK untuk kesuburan media tanam. Karena jahe lebih bagus jika media tanamnya gembur dan subur.. Media dicampur kemudian digunakan untuk pembumbunan, pembumbunan dilakukan jika ada bonggol rimpang keluar permukaan tanah.

4.2.2    Perawatan dan Pemupukan
Tahap berikutnya adalah perawatan dan pemeliharaan tanaman per 200 polybag.  Kegiatan ini meliputi penyiraman tanaman, pemberian pupuk dan penanggulangan penyakit
a.       Pada tahap awal, lakukan penyiraman air secara teratur dan rutin pagi dan sore selama kurang lebih seminggu, bertujuan agar tunas tidak kering dan layu
b.      Selanjutnya, penyiraman dilakukan sehari sekali kecuali pada kondisi kemarau sebaiknya penyiraman dilakukan dua kali
c. Penyemprotan atau penyiraman dengan POC NASA + HARMONIK. dilakukan minimal 1 bln sekali.
d.   Lakukan dengan rutin setiap bulan.
e.   Kira-kira umur 2 bulan ketinggian batang mencapai 30-40cm dan muncul anakan baru
f.   Pada usia 2-3 bulan atau jika terlihat keluar rimpang jahe ke permukaan, lakukan penimbunan dengan campuran tanah dan bokashi (perbandingan tanah : bokashi : kompos : sekam  dengan perbandingan 2 : 1 : 1 : 1). kurang lebih setinggi 5-10 cm dan kocor dengan SUPERNASA + POC NASA
g. Selalu lakukan penyiangan media tanam dari hama berupa gulma/rumput agar tidak mengganggu pertumbuhan rimpang
h.      Penimbunan dilakukan terus secara berulang sampai  tanaman jahe berusia sekitar 8 bulan atau sampai karung terisi penuh dengan tanah
i.    Rata-rata usia optimal penanaman jahe berkisar antara 8 – 10 bulan, ditandai dengan mulai mengeringnya daun
.                       Dengan pola tanam seperti ini, diharapkan hasil panen jahe per karung mencapai minimal 1,5kg
#CATATAN : Penyemprotan dilakukan pagi hari atau sore hari

*Pengendalian Hama Penyakit
  • Pengendalian hama penyakit dilakukan sesuai dengan keperluan.
  • Penyakit utama pada jahe adalah busuk rimpang yang disebabkan oleh serangan bakteri layu (Ralstonia solanacearum).
  • Penggunaan Produk Nasa yang berupa Natural Glio + pupuk kandang yang mana telah terbukti mampu mengurahi serangan hama layu pada tanaman jahe.
  • Hama yang cukup signifikan adalah lalat rimpang Mimergralla coeruleifrons (Diptera, Micropezidae) dan Eumerus figurans (Diptera, Syrpidae), kutu perisai (Aspidiella hartii) yang menyerang rimpang mulai dari pertanaman dan menyebabkan penampilan rimpang kurang baik serta bercak daun yang disebabkanoleh cendawan (Phyllosticta sp.).
  • Serangan penyakit ini apabila terjadi pada tanaman muda (sebelum 6 bulan) akan menyebabkan penurunan produksi yang cukup signifikan. Tindakan mencegah perluasan penyakit ini dengan menyemprotkan fungisida segera setelah terlihat ada serangan (diulang setiap minggu sekali), sanitasi tanaman sakit, inspeksi secara rutin.
  • Serangan hama dapat di tekan dengan olah tanah yang baik yaitu dengan penggunaan pupuk makro + mikro yang berimbang. Dengan pemakaianpupuk organik nasa yang berupa Poc Nasa + super Nasa + Hormonik dengan di campurkan 5o% pupuk kimia yang biasa petani pakai.
  • Serta Penggunaan pestisida organik Nasa yang berupa Pestona, Natural Glio,BVR dll,yang telah terbukti bagi npara petani jahe mampu menekan angka serangan hama pada tanaman jahe mereka.
                        Tanaman jahe memiliki fase-fase pertumbuhan dari mulai pembibitan hingga panen. Fase-fase ini berdasarkan literatur dari China yang memiliki fase panen yang lebih pendek daripada fase pertumbuhan jahe di Indonesia. Fase-fase pertumbuhan itu adalah:
S: seedling stage atau fase pembibitan, fase ini dimulai dari 1 sampai dengan 90 hari setelah taman
T: three branches stage atau fase percabangan tiga, fase ini dimulai dari 90 sampai 110hst
V: vigorous growth stage atau fase pertumbuhan cepat, fase ini dimulai dari 110 sampai 130 HST,
E: rhizome expansion stage atau fase perkembangan rimpang, fase ini dimulai dari 130 sampai 160 hari, dan
H: harvest stage fase panen, yaitu 160 HST.
                        Setiap fase pertumbuhan jahe membutuhkan hara atau nutrisi atau pupuk yang berbeda-beda              

Analisa Hasil Jahe Gajah:


1.   Perkiraan biaya sampai panen yang saya keluarkan meliputi :


  • Polibek 60 x 60  : 200 buah (16kg)  x Rp. 25.000,-    = Rp. 400.000,-
  • Pupuk dan Pemupukan                                             = Rp. 500.000,-
  • Bibit Jahe            : @Rp. 1.500   x  400                     = Rp. 600.000,-
  • Tanah        : 1 truk                                                      = Rp. 150.000,-
  • Ongkos kerja : Gratis, kerjain aja dulu sendiri.  Kalaupun minta bantuan, mungkin cukup keluar uang Rp.100.000 untuk pengerjaan membuat campuran tanah dan memasukkan ke dalam karung
  • TOTAL Biaya yang akan saya keluarkan samapai panen untuk 200 polibek  Rp. 1.650.000,-

2.  Hasil Penjualan JaheGajah

Berdasarkan pengalaman di tempat lain dan informasi dari petani jahe merah yang sudah berjalan. Rata-rata hasil panen jahe merah per karung atau polybag dengan cara di atas dapat mencapai 5 kg/polibek. Di sini, saya berandai-andai panen per karung anggap saja hanya mencapai 4kg/polibek.  Jadi perkiraan total hasil panen 200 polibek x 2,5 kg = 500kg
Harga per kg Jahe Gajah memang fluktuatif dikisaran Rp.5.000 – Rp.12.000,- tergantung pembeli dan kualitas tentunya.  Saya berandai lagi di sini, harga jual yang akan saya peroleh anggap saja rendah yaitu Rp. 6.000,-/kg (berdasar informasi pengepul minimal Rp.5.000,-/kg).
  • Hasil penjualan : 500 kg x Rp. 5.000=  Rp. 2.500.000,-

Keuntungan atau laba : Rp. 2.500.000,- – Rp. 1.650.000,- = Rp. 850.000,-


#Hasil tersebut merupakan analisa minimal, hasil panen dapat melebihi 2,5kg dan harga juga bisa lebih dari Rp. 5.000,-.
Dan dapat juga ditanam langsung dilahan tanah tanpa menggunakan polibag untuk mengurangi biaya produksi, sehingga keuntungan bisa lebih besar.



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 Analisa Hasil Jahe Merah:

Analisa ini saya lakukan secara praktis berdasarkan rencana penanaman pada 200 karung media tanam.  Yang diperhitungkan adalah total biaya yang dikeluarkan meliputi modal awal dan biaya pemeliharaan dibandingkan dengan target pemasukan uang berdasarkan hasil penjualan tanaman jahe.

1. Perkiraan biaya sampai panen yang saya keluarkan meliputi :

  • Karung                 : 200 polibek (16kg x 25.000)          = Rp. 400.000,-
  • Bibit Jahe            : @Rp. 1.500   x  400                       = Rp. 600.000,-
  • Pupuk dan Pemupukan                                                = Rp. 500.000
  • Tanah                     : 1 truk                                            = Rp. 150.000,-
  • Ongkos kerja : Gratis, kerjain aja dulu sendiri.  Kalaupun minta bantuan, mungkin cukup keluar uang Rp.100.000 untuk pengerjaan membuat campuran tanah dan memasukkan ke dalam karung
  • TOTAL Biaya yang akan saya keluarkan sampai panen untuk 200 karung  Rp. 1.650.000,-

2.  Hasil Penjualan Jahe Merah

Berdasarkan pengalaman di tempat lain dan informasi dari petani jahe merah yang sudah berjalan. Rata-rata hasil panen jahe merah per karung atau polybag dengan cara di atas dapat mencapai 1-3 kg/karung. Di sini, saya berandai-andai panen per karung anggap saja hanya mencapai 1 kg/karung.  Jadi perkiraan total hasil panen 200 karung x 1,5 kg = 300kg
Harga per kg Jahe Merah memang fluktuatif dikisaran Rp.7.000 – Rp. 12.000,- tergantung pembeli dan kualitas tentunya.  Saya berandai lagi di sini, harga jual yang akan saya peroleh anggap saja rendahnya yaitu Rp. 10.000,-/kg
  • Hasil penjualan : 300 kg x Rp. 7.000=  Rp. 2.100.000,-

Keuntungan atau laba : Rp. 2.100.000,- – Rp. 1.650.000,- = Rp. 450.000,-

#Hasil tersebut merupakan analisa minimal, harga juga bisa lebih dari Rp. 7.000,-.
Dan dapat juga ditanam langsung dilahan tanah tanpa menggunakan polibag untuk mengurangi biaya produksi, sehingga keuntungan bisa lebih besar.

*Metode tanam dan perawatan sama.

Ini merupakan gambaran kasar perolehan bersih terendahnya, semua tergantung perawatan, hasil panen dan harga

Jika Anda menanam tiap bulan setelah 8bulan anda akan mendapatkan gaji bulanan layaknya seorang pegawai.



Kami disini menjual bibit jahe gajah dan merah, baik dalam bentuk rimpang ataupun siap tanam. Harga nego tergantung kebutuhan.
Menerima juga pesanan skala partai.
Kami siap membantu pasca panen petani.

#KAMI JUGA MERUPAKAN AGEN RESMI PT. NASA (N-42133)
Terutama produk Agrokompleks PT. Nasa yang sudah terbukti kualitasnya.




Info lebih lanjut Hub. Huda 085856155926 / 081334082066 (WhatsApp)
E-mail: hudacoole28@gmail.com
Alamat: Dusun Kebon Desa Sumberjo Kulon Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung